Senin, 18 Oktober 2010

Mengucapkan Salam Menurut Islam

Assalamu’alaikum wr wb. Salam ngeblogs selalu. Pada kesempatan kali ini saya akan mengulas sedikit tentang tata cara mengucapkan salam menurut Islam. Salam memang penting diucapkan sebagai tanda kita menghargai seseorang dan seseorang menghargai kita. Salam juga dapat dikatakan doa.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hasyr Ayat 23:
Dialah Allah, tidak ada ilaah(sesembahan) yang layak kecuali Dia,
Maha Rajadiraja, yang Maha Suci, Maha Sejahtera, Maha Mengaruniai
rasa aman, Maha Memelihara, Maha Perkasa, Maha Kuasa, Maha
Memiliki segala keagungan. Maha Suci Allah dari segala yang mereka
persekutukan.
Didalam ayat ini, As-Salaam (Maha Sejahtera) adalah satu dari
Nama-nama Agung Allah SWT. Kini, Kita akan mencoba untuk memahami arti, keutamaan dan penggunaan kata Salam.
Sebelum terbitnya fajar Islam, orang Arab biasa menggunakan
ungkapan-ungkapan yang lain, seperti Hayakallah ( حياك الله ) yang artinya
semoga Allah menjagamu tetap hidup, kemudian Islam memperkenalkan
ungkapan Assalamu ‘alaikum. Artinya, semoga kamu terselamatkan dari
segala duka, kesulitan dan nestapa. Ibnu Al-Arabi didalam kitabnya Al-
Ahkamul Qur’an mengatakan bahwa Salam adalah salah satu ciri-ciri Allah
SWT dan berarti Semoga Allah menjadi Pelindungmu.
Ungkapan Islami ini lebih berbobot dibandingkan dengan ungkapanungkapan
kasih-sayang yang digunakan oleh bangsa-bangsa lain. Hal ini
dapat dijelaskan dengan alasan-alasan berikut ini.
1. Salam bukan sekedar ungkapan kasih-sayang, tetapi memberikan juga
alasan dan logika kasih-sayang yang di wujudkan dalam bentuk doa
pengharapan agar anda selamat dari segala macam duka-derita. Tidak
seperti kebiasaan orang Arab yang mendoakan untuk tetap hidup,
tetapi Salam mendoakan agar hidup dengan penuh kebaikan.
2. Salam mengingatkan kita bahwa kita semua bergantung kepada Allah
SWT. Tak satupun makhluk yang bisa mencelakai atau memberikan
manfaat kepada siapapun juga tanpa perkenan Allah SWT.
3. Perhatikanlah bahwa ketika seseorang mengatakan kepada anda, “Aku
berdoa semoga kamu sejahtera.” Maka ia menyatakan dan berjanji
bahwa anda aman dari tangan (perlakuan)nya, lidah (lisan)nya, dan ia
akan menghormati hak hidup, kehormatan, dan harga-diri anda.
Ibnu Al-Arabi didalam Ahkamul Qur’an mengatakan:
Tahukah kamu arti Salam? Orang yang mengucapkan Salam itu
memberikan pernyataan bahwa ‘kamu tidak terancam dan aman
sepenuhnya dari diriku.’
Kesimpulannya, bahwa Salam berarti, (i) Mengingat (dzikr) Allah
SWT, (ii) Pengingat diri, (iii) Ungkapan kasih sayang antar sesama Muslim,
(iv) Doa yang istimewa, dan (v) Pernyataan atau pemberitahuan bahwa
‘anda aman dari bahaya tangan dan lidahku’
Sebuah Hadits merangkumnya dengan indah:
Muslim sejati adalah bahwa dia tidak membahayakan setiap Muslim
yang lain dengan lidahnya dan tangannya
Jika kita memahami hadits ini saja, sudahlah cukup untuk
memperbaiki semua umat Muslim. Karena itu Rasulullah Muhammad SAW
sangat menekankan penyebaran pengucapan Salam antar sesama Muslim
dan beliau menyebutnya sebagai perbuatan baik yang paling utama
diantara perbuatan-perbuatan baik yang anda kerjakan.
Ada beberapa Sabda Rasulullah, SAW yang menjelaskan
pentingnya ucapan salam antar seluruh Muslim.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Kamu tidak dapat memasuki Surga kecuali bila kamu beriman.
Imanmu belumlah lengkap sehingga kamu berkasih-sayang satu sama
lain. Maukah kuberitahukan kepadamu sesuatu yang jika kamu kerjakan,
kamu akan menanamkan dan memperkuat kasih-sayang diantara kamu
sekalian? Tebarkanlah ucapan salam satu sama lain, baik kepada yang
kamu kenal maupun yang belum kamu kenal.” (Muslim)
Abdullah bin Amr RA mengisahkan bahwa seseorang bertanya
kepada Rasulullah SAW, “Apakah amalan terbaik dalam Islam?”
Rasulullah SAW menjawab: Berilah makan orang-orang dan tebarkanlah
ucapan salam satu sama lain, baik kamu saling mengenal ataupun tidak.”
(Sahihain)
Abu Umammah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda:”Orang yang lebih dekat kepada Allah SWT adalah yang lebih
dahulu memberi Salam.” (Musnad Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi)
Abdullah bin Mas’ud RA meriwayatkan Bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Salam adalah salah satu Asma Allah SWT yang telah Allah
turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi
salam kepada yang lain, derajatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika
jama’ah suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk
yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab
ucapan salam.” (Musnad Al Bazar, Al Mu'jam Al Kabir oleh At Tabrani)
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Orang kikir yang sebenar-benarnya kikir ialah orang yang kikir dalam
menyebarkan Salam.”
Allah SWT berfirman didalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86:
Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan maka balaslah
dengan penghormatan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa.
Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan.
Demikianlah Allah SWT memerintahkan agar seseorang membalas
dengan ucapan yang setara atau yang lebih baik. Hal ini telah dicontohkan
oleh Rasulullah SAW sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jarir dan
Ibnu Abi Hathim. Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang duduk
bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan, السلام
عليكم “Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah SAW pun membalas dengan
ucapan وعليكم السلام ورحمة “Wa’alaikum salaam wa rahmah” Orang
kedua datang dengan mengucapkan السلام عليكم ورحمة الله “Assalaamu’alikum
wa rahmatullah” Maka Rasulullah membalas dengan, وعليكم السلام ورحمة الله
وبركاته “Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh” . Ketika orang
ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu’alikum wa rahmatullah wabarakatuhu.” Rasulullah SAW menjawab: وعليك ”Wa’alaika”.
Orang yang ketiga pun terperanjat dan bertanya, namun tetap
dengan kerendah-hatian, “Wahai Rasulullah, ketika mereka mengucapkan
Salam yang ringkas kepadamu, Engkau membalas dengan Salam yang
lebih baik kalimatnya. Sedangkan aku memberi Salam yang lengkap
kepadamu, aku terkejut Engkau membalasku dengan sangat singkat
hanya dengan wa’alaika.” Rasulullah SAW menjawab, “Engkau sama
sekali tidak menyisakan ruang bagiku untuk yang lebih baik. Karena itulah
aku membalasmu dengan ucapan yang sama sebagaimana yang di
jabarkan Allah didalam Al-Qur’an.”
Dengan demikian kita bisa mengambil kesimpulan bahwa,
membalas Salam dengan tiga frasa (anak kalimat) itu hukumnya Sunnah,
yaitu cara yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Kebijaksanaan
membatasi Salam dengan tiga frasa ini karena Salam dimaksudkan
sebagai komunikasi ringkas bukannya pembicaraan panjang.
Didalam ayat ini Allah SWT menggunakan kalimat obyektif tanpa
menunjuk subyeknya. Dengan demikian Al-Qur’an mengajarkan etika
membalas penghormatan. Disini secara tidak langsung kita diperintah
untuk saling memberi salam. Tidak adanya subyek menunjukkan bahwa
hal saling memberi salam adalah kebiasaan normal dan wajar yang selalu
dilakukan oleh orang-orang beriman. Tentu saja yang mengawali
mengucapkan salamlah yang lebih dekat kepada Allah SWT sebagaimana
sudah dijelaskan diatas.
Hasan Basri menyimpulkan bahwa:
“Mengawali mengucapkan salam sifatnya adalah sukarela,
sedangkan membalasnya adalah kewajiban”
Disebutkan didalam Muwattha' Imam Malik, diriwayatkan oleh Tufail
bin Ubai bin Ka’ab bahwa, Abdullah bin Umar RA biasa pergi ke pasar
hanya untuk memberi salam kepada orang-orang disana tanpa ada
keperluan membeli atau menjual apapun. Ia benar-benar memahami arti
penting mengawali mengucapkan salam.
Pada bagian kalimat terakhir Surat An-Nisa ayat 86, Allah SWT
berfirman:
... Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu
kerjakan.
Disini, mendahului memberi salam dan membalasnya juga termasuk
yang diperhitungkan. Maka kita hendaknya menyukai mendahului memberi
salam. Sama halnya kita harus membalas salam demi menyenangkan
Allah SWT dan menyuburkan kasih-sayang diantara kita semua.
Rasulullah SAW selanjutnya memberikan arahan memberi salam
bahwa:
• Orang yang berkendaraan harus memberi salam kepada pejalan-kaki.
• Orang yang berjalan kaki memberi salam kepada yang duduk.
Kelompok yang lebih sedikit memberi salam kepada kelompok yang
lebih banyak jumlahnya.
• Yang meninggalkan tempat memberi salam kepada yang tinggal.
• Ketika pergi meninggalkan atau pulang ke rumah, ucapkanlah salam
meski tak seorangpun ada di rumah (malaikat yang akan menjawab).
• Jika bertemu berulang-ulang maka ucapkan salam setiapkali bertemu.
Pengecualian kewajiban menjawab salam:
• Ketika sedang sholat. Membalas ucapan salam ketika sholat
membatalkan sholatnya.
• Khatib, orang yang sedang membaca Al-Qur’an, atau seseorang yang
sedang mengumandangkan Adzan atau Iqamah, atau sedang
mengajarkan kitab-kitab Islam.
• Ketika sedang buang air atau berada di kamar mandi.
Selanjutnya, Allah SWT menerangkan keutamaan salam didalam
surat Al-An’aam ayat 54:
Jika orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami (Al-Qur’an)
datang kepadamu, ucapkanlah “Salaamun’alaikum (selamat-sejahtera
bagimu)”, Tuhanmu telah menetapkan bagi diri-Nya kasih-sayang. (Yaitu)
Bahwa barangsiapa berbuat kejahatan karena kejahilannya (tidak
tahu/bodoh) kemudian ia bertaubat setelah itu dan memperbaiki diri, maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Di ayat ini Allah SWT memerintah Nabi Muhammad SAW
sehubungan dengan orang-orang beriman yang miskin, yang hampir
semuanya menumpang tinggal di tempat para sahabat. Walaupun orangorang
kafir yang kaya meminta agar Rasulullah SAW mengusir para
dhuafa’ itu supaya orang-orang kaya itu bisa bersama Rasulullah, Allah
SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menyambut para
dhuafa’ Muslim itu dengan ‘Assalamu ‘alaikum’ pada sa’at kedatangan
mereka. Hal ini mengandung dua arti: Pertama, menyampaikan
penghormatan dari Allah SWT kepada mereka. Ini adalah kehormatan dan
penghargaan yang tinggi bagi Muslim yang miskin dan tulus hati.
Perlakuan ini menguatkan hati dan menambah semangat mereka. Arti kedua,
menyampaikan sambutan yang baik yang pantas mereka terima, atas
ijin Allah SWT, dengan nyaman, damai dan tenang, meskipun jika mereka
membuat beberapa kesalahan.
Semoga Allah SWT menganugerahi kita kesanggupan untuk
melaksanakan pengucapan salam dengan semangat islami yang lurus
didalam hidup kita sehari-hari dan dengan melaksanakannya
menumbuhkan kasih-sayang dan persatuan diantara kita. Amiin.
Sumber:
• Al-Qur’an dan Hadits
• NASEHAT UNTUK AKAL YANG DAHAGA Oleh Imtiaz Ahmad M. Sc., M. Phil. (London)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar