Assalamu’alaikum
wr.wb. Salam Ngeblogs
buat kita semua. Pada kesempatan kali ini saya akan mengulas sedikit tentang
manusia, kehidupan dan kematian. Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari
detik ke detik. Apakah anda tidak menyadari bahwa hari-hari yang anda lewati
justru semakin mendekatkan anda kepada kematian sebagaimana juga yang berlaku
bagi orang lain?
Coba
renungkan seorang bayi yang baru saja membuka matanya di dunia ini dengan
seseorang yang sedang mengalami sakaratul maut. Keduanya sama sekali tidak
berkuasa terhadap kelahiran dan kematian mereka. Hanya Allah yang memiliki
kuasa untuk memberikan nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.
Semua
makhluk hidup akan hidup sampai suatu hari yang telah ditentukan dan kemudian
mati; Allah menjelaskan dalam Quran tentang prilaku manusia pada umumnya
terhadap kematian dalam ayat berikut ini:
Katakanlah:
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian
itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.” (QS. 62:8)
Kebanyakan
orang menghindari untuk berpikir tentang kematian. Dalam kehidupan modern ini,
seseorang biasanya menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat bertolak
belakang [dengan kematian]; mereka berpikir tentang: di mana mereka akan
kuliah, di perusahaan mana mereka akan bekerja, baju apa yang akan mereka
gunakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti, hal-hal ini
merupakan persoalan-persoalan penting yang sering kita pikirkan. Kehidupan diartikan
sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Pembicaraan tentang
kematian sering dicela oleh mereka yang merasa tidak nyaman mendengarnya.
Mereka menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah
lanjut usia, seseorang tidak ingin memikirkan tentang kematian dirinya yang
tidak menyenangkannya ini. Sekalipun begitu ingatlah selalu, tidak ada yang
menjamin bahwa seseorang akan hidup dalam satu jam berikutnya. Tiap hari,
orang-orang menyaksikan kematian orang lain di sekitarnya tetapi tidak
memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya. Ia
tidak mengira bahwa kematian itu sedang menunggunya!
Memposisikan
kematian sebagai lawan dari kehidupan, seperti hitam dengan putih, atau kosong
dengan penuh, adalah sebuah kesalahan mentalitas, kekeliruan pada inti
pemahaman, walaupun sepertinya benar pada tataran permukaan.
Ini
sama kelirunya dengan menyamakan derazat kecantikan dengan tingkat kecerahan
warna kulit, atau menilai kesucian air dari tingkat kejernihannya. Hehehe,
belum tau ya, banyak cairan paling mematikan itu justru beniiing banget. Atau
apa penglihatannya ga begitu bagus ya, untuk bisa menenemukan kenyataan, bahwa
kulit legam pun punya keindahannya sendiri?
Kematian
tak lain tak bukan cuma sebuah, atau salah satu proses dalam kehidupan.
Pemisahan substans-substansi sekaligus pembaruan substansi-substansi.
Pemeliharaan dan perubahan bentuk-bentuk, adalah proses tak berkesudahan dalam
hidup. Dan memang, kematian adalah bentuk perubahan yang besar dan cepat dari
format kehidupan itu. Perubahan yang memang diperlukan kehidupan demi
keberlanjutan kehidupan itu sendiri.
Bahkan
dalam “kematian” tubuh itu, sesungguhnya tak ada satu pun yang mati. Hanya
pecah terurainya materi dari sebuah bentuk, yang dibutuhkan sebagai materi
untuk membentuk format kehidupan lainnya.
Dengan
cara yang sama, kita pun dapat mengerti, dalam kerangka hukum alam atau
sunnatullah yang seragam, bahwa energi yang ada dalam zat-zat yang terurai dan
berubah tadi, termasuk energi yang kita kenal sebagai jiwa dan mental, tak ada
yang musnah atau menghilang; hanya berpindah tempat atau berubah bentuk, untuk
selalu menyediakan energi dan jiwa, bagi bentuk-bentuk kehidupan berikutnya.
Cukuplah
kematian itu sebagai nasehat bagi orang yang hidup, karena kematian memberikan
banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar
tidak menyimpang. Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan oleh kematian
begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Dengan begitu mengingat kematian
dapat mendorong meraih sukses dalam kehidupan.
Jadi
sebenarnya, kematian itu sungguh berarti bagi sebuah kehidupan. Kematian dapat
selalu memberi peringatan, agar kehidupan tetap menjadi sesuatu yang berarti.
Sebaliknya, kehidupan juga mengingatkan kematian, sehingga menjadi sesuatu yang
dinanti. Kematian mendidik kehidupan, dan kehidupan merindukan kematian.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
kita para pemuda harapan bangsa yang tetap harus belajar tentang hidup ini.
Semoga dengan adanya tulisan ini kita akan dapat lebih menghargai hidup kita
dan jangan pernah sia-siakan hidup yang telah dikaruniai Allah swt kepada kita
semua. Sekian dari tulisan ini, terimakasih telah meluangkan waktu untuk
membacanya. Keep Blogging All! Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Gambar: google.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar