Assalamu’alaikum wr.wb.
Salam blogger
untuk kita semua. Pada kesempatan kali ini saya akan mengulas sedikit tentang
kenaikan harga BBM yang sedang hangat diperbincangkan baik di media cetak
maupun di media elektronik. Bahan Bakar Minyak (BBM)
direncanakan baru akan naik pada awal April mendatang. Rencana pemerintah untuk
menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dan solar terus menuai
pro dan kontra. Pemerintah
beralasan kebijakan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dilakukan
karena sudah terjadi pemakaian berlebihan atau over kuota.
Pemerintah
berdalih kenaikan harga BBM harus direalisasikan tahun ini untuk menghindari
pembengkakan anggaran subsidi. Andai urung dinaikkan, subsidi BBM akan
membengkak. Penyebabnya,
ada jumlah pembelian kendaraan bermotor yang besar pada tahun 2011 dimana 800
unit motor dan 900 unit mobil terbeli seperti yang dikutip pada tribunnews.com.
Untuk mengatasi krisis BBM pada
akhir tahun lalu, Menteri ESDM dan Menteri Keuangan akhirnya sepakat untuk
mengambil dari kas negara berupa sisa APBN yang ada.
Namun dengan resiko Pertamina bisa
menagih kepada Pemerintah mengenai over kuota BBM.
Sebagian kalangan berpendapat bahwa
kenaikan harga BBM dan harga minyak dunia disebabkan karena liberalisasi migas.
Apakah ini
pilihan terbaik yang dapat dilakukan Pemerintah? karena jika tidak mau
dinaikan, berarti masyarakat harus menanggung bersama subsidi BBM yang membengkak
sampai Rp 60 trilun lebih. Apalagi, program pembatasan bagi kendaraan roda
empat pribadi juga tidak mungkin dilakukan melihat kompleksitas implementasinya
dilapangan. Satu kebijakan yang berdampak pada semua sisi kehidupan rakyat
Indonesia.
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga
mengatakan keputusan menaikan bahan bakar minyak (BBM) pada 1 April
mendatang merupakan sesuatu yang masuk akal. Hal itu karena naiknya minyak di
tingkat dunia. Terkait maraknya kelompok-kelompok yang menentang kenaikan BBM,
Julian mengatakan Presiden mengetahui akan hal itu. Hal itu marak terjadi
lantaran kurangnya sosialisasi terkait kenaikan BBM kepada masyarakat
luas. Oleh sebab itu, sambung Julian,
perlunya sosialisasi kepada masyarakat. Saat ini pihaknya sedang melakukan
sosialisasi yang lebih intens dan menyeluruh ke segenap kelompok masyarakat,
sehingga mereka benar-benar melihat dan bisa memahami alasan mengapa pemerintah
memutuskan untuk menaikkan harga BBM seperti yang dikutip okezone.com.
Penolakan
akan kenaikkan harga BBM juga cukup tinggi. Seperti yang dikutip okezone.com
bahwa Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis 86,60 persen rakyat Indonesia
menolak rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Bahkan,
87,41 persen pemilih Partai Demokrat --partai penyokong pemerintah -- tidak
menyetujui dengan kebijakan yang akan berlaku per 1 April mendatang.
Lansiran
hasil survei LSI ini cukup mencengangkan, mengingat ini tergolong angka
penolakan tertinggi sepanjang sejarah kenaikan harga BBM. LSI pernah melakukan
tiga kali survei soal kebijakan kenaikan BBM ini, hasilnya: penolakan terhadap
kebijakan menaikkan BBM selalu di atas 70 persen. Pada 2005, ada 82,3 persen
masyarakat menolak, 2008 ada 75,1 persen, sedangkan 2012 melonjak hingga 86,60
persen.
Melihat
angka-angka tersebut, sepertinya pemerintah dan instansi lain yang berkompeten
mesti segera melakukan langkah-langkah sosialisasi terpadu dan terarah.
Disamping menyiapkan program kompensasi bagi masyarakat tidak mampu yang
dipastikan juga akan terkena imbas dari kenaikan harga BBM.
Dengan
adanya kenaikan harga BBM sudah dapat diprediksi dampaknya bagi masyarakat. Dampak
langsung dari kenaikan BBM ini adalah meningkatkan jumlah pengangguran.
Bertambahnya daftar anak putus sekolah akibat melonjaknya biaya. Terparah,
semakin membludak jumlah anak miskin yang mengalami gizi buruk. Fenomena ini
dipastikan menyuburnya tindak kriminal karena tekanan biaya kehidupan.
Sejumlah
bahan kebutuhan pokok seperti cabai sudah merambat naik dan ongkos transportasi
juga pastinya. Bisa dibayangkan jika per 1 April mendatang BBM dinaikkan, maka
sudah bisa dipastikan kenaikan harga bahan kebutuhan pokok lainnya pun segera
terjadi.
Pemerintah
memang sudah menyiapkan skema kompensasi, mulai dari Bantuan Langsung Tunai
(BLT) hingga program lainnya. Nah, yang sekarang ini dibutuhkan adalah
birokrasi di daerah-daerah harus segera bekerja untuk mensosialisasikan
sekaligus memberikan arahan bagaiman program kompensasi ini tepat sasaran dan
tepat waktu. Jangan sampai program kompensasi justru diselewengkan atau tidak
tetap waktu. Saat BBM sudah naik, masyarakat belum juga menerima kompensasi.
Bulan
April hanya itungan hari lagi, tapi kelihatannya pemerintah masih pikir-pikir.
Belum terlihat gerakan yang massif untuk sosialisasi atau bahkan menyiapkan
sekadar data tentang orang yang pantas mendapat program kompensasi ini. Mungkin
saja pemerintah masih mengkalkulasi di atas kertas berbagai dampaknya seperti
laju inflasi dan lain-lain. Namun, saat ini di lapangan, masyarakat sudah resah
dan mulai melakukan hukum pasar. Buktinya, sejumlah bahan kebutuhan pokok sudah
merambat naik.
Setiap
peristiwa berskala nasional apalagi yang terkait langsung dengan permasalahan
ekonomi dan bisnis menimbulkan reaksi para pelaku pasar modal yang dapat berupa
respon positif atau respon negatif tergantung pada apakah peristiwa tersebut
memberikan stimulus positif atau negatif terhadap iklim investasi. Berdasarkan
pada argumentasi di atas, maka dimungkinkan akan terjadi reaksi negatif para
pelaku pasar modal setelah pengumuman tersebut. Tetapi jika yang terjadi
sebaliknya bahwa kenaikan harga BBM ini direaksi positif oleh pelaku pasar,
maka kesimpulan sederhana dari dampak peristiwa pengumuman tersebut adalah
bahwa naiknya harga BBM memberikan stimulus positif pada perekonomian
Indonesia.
Sekian
dari tulisan ini semoga memberikan kita sedikit wawasan tentang kenaikan harga
BBM dan mengetahui dampak yang ditimbulkan serta cara penganggulangan dan
solusi untuk mengatasi masalah yang ada dengan pikiran yang jernih.
Terimakasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Sumber:
Tribunnews.com
Kompas.com
Okezone.com
Detik.com
Sumber gambar: google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar