Selasa, 20 Maret 2012

“Bola Panas” Rencana Kenaikan Harga BBM


Assalamu’alaikum wr.wb.
Salam blogger untuk kita semua. Pada kesempatan kali ini saya akan mengulas sedikit tentang kenaikan harga BBM yang sedang hangat diperbincangkan baik di media cetak maupun di media elektronik. Bahan Bakar Minyak (BBM) direncanakan baru akan naik pada awal April mendatang. Rencana pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dan solar terus menuai pro dan kontra. Pemerintah beralasan kebijakan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dilakukan karena sudah terjadi pemakaian berlebihan atau over kuota.
Pemerintah berdalih kenaikan harga BBM harus direalisasikan tahun ini untuk menghindari pembengkakan anggaran subsidi. Andai urung dinaikkan, subsidi BBM akan membengkak. Penyebabnya, ada jumlah pembelian kendaraan bermotor yang besar pada tahun 2011 dimana 800 unit motor dan 900 unit mobil terbeli seperti yang dikutip pada tribunnews.com. Untuk mengatasi krisis BBM pada akhir tahun lalu, Menteri ESDM dan Menteri Keuangan akhirnya sepakat untuk mengambil dari kas negara berupa sisa APBN yang ada. Namun dengan resiko Pertamina bisa menagih kepada Pemerintah mengenai over kuota BBM.
Sebagian kalangan berpendapat bahwa kenaikan harga BBM dan harga minyak dunia disebabkan karena liberalisasi migas. Apakah ini pilihan terbaik yang dapat dilakukan Pemerintah? karena jika tidak mau dinaikan, berarti masyarakat harus menanggung bersama subsidi BBM yang membengkak sampai Rp 60 trilun lebih. Apalagi, program pembatasan bagi kendaraan roda empat pribadi juga tidak mungkin dilakukan melihat kompleksitas implementasinya dilapangan. Satu kebijakan yang berdampak pada semua sisi kehidupan rakyat Indonesia.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga  mengatakan keputusan menaikan bahan bakar minyak (BBM) pada 1 April mendatang merupakan sesuatu yang masuk akal. Hal itu karena naiknya minyak di tingkat dunia. Terkait maraknya kelompok-kelompok yang menentang kenaikan BBM, Julian mengatakan Presiden mengetahui akan hal itu. Hal itu marak terjadi lantaran kurangnya sosialisasi terkait kenaikan BBM kepada masyarakat luas.  Oleh sebab itu, sambung Julian, perlunya sosialisasi kepada masyarakat. Saat ini pihaknya sedang melakukan sosialisasi yang lebih intens dan menyeluruh ke segenap kelompok masyarakat, sehingga mereka benar-benar melihat dan bisa memahami alasan mengapa pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM seperti yang dikutip okezone.com.
Penolakan akan kenaikkan harga BBM juga cukup tinggi. Seperti yang dikutip okezone.com bahwa Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis 86,60 persen rakyat Indonesia menolak rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Bahkan, 87,41 persen pemilih Partai Demokrat --partai penyokong pemerintah -- tidak menyetujui dengan kebijakan yang akan berlaku per 1 April mendatang.
Lansiran hasil survei LSI ini cukup mencengangkan, mengingat ini tergolong angka penolakan tertinggi sepanjang sejarah kenaikan harga BBM. LSI pernah melakukan tiga kali survei soal kebijakan kenaikan BBM ini, hasilnya: penolakan terhadap kebijakan menaikkan BBM selalu di atas 70 persen. Pada 2005, ada 82,3 persen masyarakat menolak, 2008 ada 75,1 persen, sedangkan 2012 melonjak hingga 86,60 persen.
Melihat angka-angka tersebut, sepertinya pemerintah dan instansi lain yang berkompeten mesti segera melakukan langkah-langkah sosialisasi terpadu dan terarah. Disamping menyiapkan program kompensasi bagi masyarakat tidak mampu yang dipastikan juga akan terkena imbas dari kenaikan harga BBM.
Dengan adanya kenaikan harga BBM sudah dapat diprediksi dampaknya bagi masyarakat. Dampak langsung dari kenaikan BBM ini adalah meningkatkan jumlah pengangguran. Bertambahnya daftar anak putus sekolah akibat melonjaknya biaya. Terparah, semakin membludak jumlah anak miskin yang mengalami gizi buruk. Fenomena ini dipastikan menyuburnya tindak kriminal karena tekanan biaya kehidupan.
Sejumlah bahan kebutuhan pokok seperti cabai sudah merambat naik dan ongkos transportasi juga pastinya. Bisa dibayangkan jika per 1 April mendatang BBM dinaikkan, maka sudah bisa dipastikan kenaikan harga bahan kebutuhan pokok lainnya pun segera terjadi.
Pemerintah memang sudah menyiapkan skema kompensasi, mulai dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) hingga program lainnya. Nah, yang sekarang ini dibutuhkan adalah birokrasi di daerah-daerah harus segera bekerja untuk mensosialisasikan sekaligus memberikan arahan bagaiman program kompensasi ini tepat sasaran dan tepat waktu. Jangan sampai program kompensasi justru diselewengkan atau tidak tetap waktu. Saat BBM sudah naik, masyarakat belum juga menerima kompensasi.
Bulan April hanya itungan hari lagi, tapi kelihatannya pemerintah masih pikir-pikir. Belum terlihat gerakan yang massif untuk sosialisasi atau bahkan menyiapkan sekadar data tentang orang yang pantas mendapat program kompensasi ini. Mungkin saja pemerintah masih mengkalkulasi di atas kertas berbagai dampaknya seperti laju inflasi dan lain-lain. Namun, saat ini di lapangan, masyarakat sudah resah dan mulai melakukan hukum pasar. Buktinya, sejumlah bahan kebutuhan pokok sudah merambat naik.
Setiap peristiwa berskala nasional apalagi yang terkait langsung dengan permasalahan ekonomi dan bisnis menimbulkan reaksi para pelaku pasar modal yang dapat berupa respon positif atau respon negatif tergantung pada apakah peristiwa tersebut memberikan stimulus positif atau negatif terhadap iklim investasi. Berdasarkan pada argumentasi di atas, maka dimungkinkan akan terjadi reaksi negatif para pelaku pasar modal setelah pengumuman tersebut. Tetapi jika yang terjadi sebaliknya bahwa kenaikan harga BBM ini direaksi positif oleh pelaku pasar, maka kesimpulan sederhana dari dampak peristiwa pengumuman tersebut adalah bahwa naiknya harga BBM memberikan stimulus positif pada perekonomian Indonesia.
Sekian dari tulisan ini semoga memberikan kita sedikit wawasan tentang kenaikan harga BBM dan mengetahui dampak yang ditimbulkan serta cara penganggulangan dan solusi untuk mengatasi masalah yang ada dengan pikiran yang jernih. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Sumber:
Tribunnews.com
Kompas.com
Okezone.com
Detik.com
Sumber gambar: google.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar